Tampilkan postingan dengan label Informasi. Tampilkan semua postingan

Sejarah Rumah adat Sumatera Barat

 Rumah adat Sumatera Barat


    Rumah gadang merupakan rumah adat masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat. Jika dilihat secara sekilas, rumah gadang memiliki bentuk atap yang unik dan membuatnya mudah dikenali. Arsitektur rumah gadang tentu ada kaitannya dengan kebudayaan masyarakat Minangkabau.

    Menurut"Bersama Mesipun Beragam" rumah adat adalah rumah asli bagi masyarakat suatu daerah. Hal ini yang menyebabkan rumah adat biasanya memiliki ciri khas yang sesuai dengan budaya dan lingkungan dari masyarakat tersebut.

    Rumah gadang dibangun sebagai tempat tinggal sekaligus tempat pelaksanaan acara adat. Untuk mendukung tujuannya tersebut, rumah gadang dibagi dalam beberapa jenis dan fungsi yang berbeda-beda. Selain jenis dan fungsi, ada banyak aspek lainnya yang bisa dipelajari dari rumah gadang, mulai dari sejarah hingga arsitekturnya.

    Beberapa orang menganggap bahwa bentuk rumah gadang memiliki bentuk seperti kapal. Namun, tidak sedikit pula yang menyebutnya memiliki atap mirip seperti tanduk kerbau. Sejarah atau asal-usul bentuk rumah gadang seringkali dikaitkan dengan kisah kemenangan rakyat Minangkabau melawan Majapahit.

    Joni Syahputra dalam "Berlibur ke Rumah Gadang" menjabarkan bahwa dahulu kerajaan Majapahit ingin menduduki wilayah Minangkabau. Untuk berperang melawan rakyat setempat, Majapahit menyiapkan pasukan dalam jumlah besar. Masyarakat Minangkabau paham betul jika mereka tidak mungkin bisa menang apabila terjadi perang.

    Setelah bernegosiasi, masyarakat Minangkabau menawarkan adu kerbau alih-alih perang yang menimbulkan pertumpahan darah. Apabila dalam adu kerbau pihak Majapahit menang, maka mereka berhak menduduki tanah Minangkabau. Namun, jika kerbau pihak Majapahit kalah, mereka harus pergi dari Minangkabau.

Sumber:

https://tirto.id/rumah-gadang-sumatera-barat-sejarah-arsitektur-fungsinya-glWv

Stop Bullying

 


Apa Itu Bullying?

Belakangan ini masyarakat dihebohkan dengan banyaknya kasus bullying mulai anak-anak hingga remaja, terutama di dalam lingkup pendidikan. Kasus perundungan seperti ini tak hanya dapat melukai mental dan fisik korban tetapi juga sampai menyebabkan kematian. Sebelum membahasnya lebih lanjut, mari pahami lebih dalam tentang bullying

Bullying atau perudungan adalah suatu bentuk tindak penindasan dan kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang lebih berkuasa atau lebih kuat terhadap orang lain yang dilakukan secara sengaja. Tindak kekerasan ini dilakukan baik secara verbal, nonverbal, ataupun kontak fisik langsung.

Melansir dari laman Unicef, tindakan ini bukanlah suatu perbuatan yang dilakukan sesekali saja, tetapi sudah menjadi bagian dari kebiasaan dan pola perilaku. Perilaku ini juga dapat diidentifikasi atas tiga karakteristik utama, yakni kesengajaan, pengulangan, dan perbedaan jenjang kekuasaan

Di Indonesia, bahkan bullying sudah terjadi beberapa kali dalam kurun waktu seminggu terakhir. Kasus ini menimpa korban di bawah umur dan sampai menyebabkan trauma bahkan luka berat. Contohnya saja bocah SD di Sukabumi di-bully hingga alami patah tulang, penganiayaan siswa SMP di Cilacap yang dipicu masalah pergaulan, perundungan anak 13 tahun yang dipukul dan dibanting oleh pelaku di Balikpapan, dan anak SD di Gresik yang baru berusia 8 tahun dicolok matanya karena tak mau memberikan uang jajan kepada kakak kelasnya setelah dipalak pada September lalu.

Dampak terparahnya lagi, sebagian dari korban bullying ini bisa bertindak nekat untuk melukai dirinya sendiri bahkan sampai bunuh diri.
Sahabat baik, kita harus terus membuka mata, menindaklanjuti, dan membantu penanganan korban yang mengalami tindak kekerasan ini. Kamu dapat membantu beberapa korban yang mengalami bullying dengan beberapa cara berikut ini.

1. Mengenali kondisi dan perubahan karakter pada anak
2. Tunjukkan sikap empati
3. Bersifat lebih terbuka dan berkomunikasi lebih intens
4. Temui pihak pelaku dan keluarganya
5. Minta bantuan kepada pihak ketiga
6. Ajarkan anak untuk membela diri dan tidak mem-bully sesama ataupun balas dendam

Namun, alangkah baiknya sebagai masyarakat berupaya terlebih dahulu untuk mencegah tindak kekerasan ini agar tidak terjadi. Upaya mencegah bullying ini dapat diterapkan mulai dari diri anak itu sendiri, keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pencegahan tersebut dapat dimulai dengan,

1. Ajarkan anak tentang bullying, mengontrol emosi, dan memilih lingkungan bermain yang tepat

2. Bangun lingkungan keluarga yang penuh dengan kasih sayang, sikap terbuka, dan komunikasi yang baik

3. Ciptakan aturan dan suasana yang aman dan nyaman di lingkungan bermain ataupun belajar

4. Ciptakan kelompok yang peduli terhadap sesama

5. Berikan sosialisasi dan pendidikan rutin mengenai bullying kepada anak-anak dan remaja

Itulah dampak dan cara mencegah serta menangani kasus bullying yang terjadi di sekitar kita. Kalau kamu melihat kasus ini di sekitarmu, jangan ragu untuk mengambil tindakan penanganan langsung ya, baik itu untuk pihak korban ataupun menegur dan melaporkan pelaku kepada pihak bertanggung jawab lainnya.


Sumber :

https://www.berbuatbaik.id/berbagi-kabar/131/stop-bullying-kenali-dampak-pencegahan-dan-penanganannya

Alat Musik Gambus

Alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur

 Alat Musik Tradisional Sasando



    Sasando adalah alat musik tradisional yang berasal dari Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sasando merupakan alat musik berdawai yang dimainkannya dengan cara dipetik dengan menggunakan jari.
Alat musik Sasando memiliki suara yang sangat khas dan dikenal hingga seluruh dunia. Berikut adalah penjelasan alat musik Sasando yang dikutip dari laman Kabupaten Rote Ndao:

     Sejarah Sasando menurut cerita yang beredar, Sasando bermula dari kisah Sangguana yang terdampar di Pulau Ndana dan jatuh cinta dengan putri Raja. Mengetahui Sangguana jatuh cinta terhadap putrinya, sang raja memberikan syarat kepada Sangguana untuk membuat alat musik yang berbeda dari musik lainnya.

    Sangguana pun bermimpi, dalam mimpi tersebut ia memainkan alat musik yang berbentuk indah dan memiliki suara yang merdu. Kemudian Sangguana membuat Sasando dan diberikan kepada sang raja. Sang raja lalu mengijinkan Sangguana, menikahkaan putrinya dengan Sangguana.

    Sasando sendiri berasal dari bahasa Rote, yaitu Sasandu yang berarti bergetar atau berbunyi. Sasando sering dimainkan untuk mengiringi nyanyian syair,tarian tradisional dan menghibur keluarga yang berduka.

 Bentuk Sasando
    Sasando memiliki bentuk yang unik dan berbeda dengan alat musik berdawai lainnya. Pada bagian utama Sasando berbentuk tabung panjang yang terbuat dari bambu khusus. Bagian bawah dan atas bambu terdapat tempat untuk memasang dan mengatur kencangnya dawai. Pada bagian tengah bambu biasanya diberi senda (penyangga) dimana dawai direntangkan. Senda sendiri berfungsi untuk mengatur tangga nada dan menghasilkan nada yang berbeda setiap petikan dawai. Sedangkan wadah berfungsi untuk resonansi yang berupa anyaman daun lontar yang sering disebut haik.

 Cara Memainkan Sasando
    sasando dimainkan dengan cara dipetik namun biasanya dimainkan menggunakan kedua tangan dengan arah yang berlawanan. Tangan kanan berperan untuk memainkan accord, sedangkan tangan kiri sebagai melodi atau bass.Memainkan Sasando tidaklah mudah karena membutuhkan perasaan dan teknik sehingga menghasilkan nada yang pas dan merdu. Keterampilan jari sangat diperlukan untuk memainkan Sasando.


Berpikir Dengan Insting

 


Insting adalah kecenderungan bawaan organisme hidup terhadap perilaku kompleks tertentu , yang mengandung unsur bawaan (bawaan). Contoh paling sederhana dari perilaku instingtif adalah pola tindakan tetap (fixed action pattern/FAP), di mana serangkaian tindakan yang sangat pendek hingga sedang, tanpa variasi, dilakukan sebagai respons terhadap stimulus yang didefinisikan dengan jelas.

Insting adalah pola perilaku bawaan yang kompleks yang ada di sebagian besar anggota spesies, dan harus dibedakan dari refleks , yang merupakan respons sederhana dari suatu organisme terhadap rangsangan tertentu, seperti kontraksi pupil sebagai respons terhadap cahaya terang atau gerakan spasmodik tungkai bawah saat lutut diketuk. Tidak adanya kapasitas kehendak tidak boleh disamakan dengan ketidakmampuan untuk mengubah pola tindakan tetap. Misalnya, orang mungkin dapat mengubah pola tindakan tetap yang distimulasi dengan secara sadar mengenali titik aktivasinya dan berhenti melakukannya, sedangkan hewan tanpa kapasitas kehendak yang cukup kuat mungkin tidak dapat melepaskan diri dari pola tindakan tetap mereka, setelah diaktifkan. [ 1 ]

Berikut ini adalah beberapa perilaku serangga dan hewan yang diamati oleh Fabre dan diberi label “instingtif”, [ 2 ] karena tidak melibatkan penalaran:

  • Naluri keibuan
  • Metamorfosis
  • Peniruan
  • Pergantian Kulit
  • Berpura-pura mati
  • Taksi

Pola tetap

Fabre percaya bahwa insting adalah "pola tetap", yang berarti bahwa serangkaian perilaku yang saling terkait ini tidak berubah sebagai respons terhadap situasi lingkungan yang baru. [ 4 ] [ 5 ] Salah satu contoh spesifik yang membantunya mencapai kesimpulan ini adalah penelitiannya terhadap berbagai spesies tawon. [ 3 ] [ 4 ] Semua spesies tawon yang ditelitinya menampilkan pola perilaku tertentu saat menangkap mangsanya, yang disebut Fabre sebagai pola tetap. [ 3 ] [ 4 ] Kemudian Fabre campur tangan dalam proses tawon dalam menangkap mangsa, dan hanya satu spesies yang menyesuaikan perilaku mereka sebagai respons terhadap intersepsi yang tidak dikenal ini. [ 4 ] Fabre menjelaskan kontradiksi ini dengan menyatakan bahwa setiap individu yang menyimpang dari norma spesies mereka hanyalah pengecualian, [ 2 ] [ 3 ] sambil juga mengakui bahwa mungkin ada ruang untuk pertumbuhan dalam insting suatu spesies. [ 4 ]

Keyakinan Fabre bahwa naluri bersifat tetap bertentangan dengan teori evolusi. Ia menolak bahwa satu spesies dapat berevolusi menjadi spesies lain, dan juga menolak bahwa kesadaran manusia dapat dicapai melalui evolusi sifat-sifat bawah sadar. [ 2 ] [ 4 ]

Wilhelm Wundt

Wilhelm Wundt (1832–1920) dikenal karena mendirikan laboratorium psikologi pertama, yang diadakan pada tahun 1879 di Universitas Leipzig. [ 6 ] [ 7 ] Ia mampu menarik kesimpulan tentang insting dari pengamatan cermatnya terhadap perilaku hewan dan manusia. [ 7 ] [ 8 ]

Proses bawah sadar

Wundt percaya bahwa proses-proses bawah sadar (yang disebutnya "gerakan-gerakan naluriah") adalah hasil dari sensasi dan emosi, dan proses-proses bawah sadar ini merupakan blok-blok pembangun menuju kesadaran . [ 8 ] [ 9 ] [ 10 ]

Ekspresi wajah

Sebuah contoh dari apa yang dipelajari Wundt untuk sampai pada kesimpulannya mengenai proses bawah sadar meliputi ekspresi wajah yang dibuat bayi sebagai respons terhadap sensasi rasa manis, asam, dan pahit. [ 8 ] Ia menyimpulkan bahwa ekspresi wajah ini adalah hasil dari bayi yang mencoba menghindari emosi yang tidak menyenangkan karena ada sesuatu yang tidak menyenangkan di mulut mereka, dan bahwa naluri ini (yang ia gunakan secara bergantian dengan gerakan refleksif) hanya menjadi bawaan karena generasi sebelumnya mempelajarinya dan itu bermanfaat bagi kelangsungan hidup mereka. [ 8 ]

Seleksi alam

Proses yang digunakan Wundt untuk menjelaskan keberadaan naluri adalah seleksi alam . Lebih khusus lagi, penelitiannya menunjukkan seleksi alam menyebabkan perubahan kecil dalam sistem saraf seiring berjalannya waktu. [ 8 ] [ 10 ] Perubahan-perubahan ini menimbulkan dorongan turun-temurun dalam organisme, yang kemudian bertanggung jawab atas proses-proses bawah sadar apa pun. [ 8 ] [ 10 ] Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa Wundt menggunakan istilah-istilah proses bawah sadar , gerakan refleksif , dan gerakan naluriah secara bergantian, sering kali mengelompokkannya bersama-sama.

Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Instinct


Keajaiban Isra Mi'raj

 


Peristiwa singkat Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW.

Isra' Mi'raj merupakan sebuah peristiwa penting yang terjadi dalam perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW. Dalam Isra' Mi'raj, Rasulullah Muhammad SAW melakukan perjalanan dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Yerussalem, Palestina menuju langit ke tujuh kemudian ke Sidratul Muntaha. Perjalanan yang menembus langit ketujuh itu hanya ditempuh satu malam atas perintah Allah SWT. Di sanalah Nabi Muhammad SAW menerima perintah dari Allah SWT berupa shalat lima waktu. Mengapa dikatakan Isra' Mi'raj ? 


Apa itu Isra'?

Isra' adalah Perjalanan Baginda Rasulullah dari Masjidil Haram ke Masjidil Al-Aqsa, dengan jarak antara kedua mesjid itu adalah 1239 Km. Waktu itu Rasulullah menaiki Buraq ditemani malaikat Jibril A.S dan malaikat Israfil A.S.


Apa itu Mi’raj?

Mi’raj adalah perjalanan Baginda Rasulullah SAW dari Masjidil Al-Aqsa ke Sidratul Muntaha, kemudian di perjalanan Baginda bertemu Nabi-nabi pada setiap langit sampai langit ketujuh.


Sebenarnya Isra' dan Mi'raj merupakan dua peristiwa berbeda. Namun karena dua peristiwa ini terjadi pada waktu yang bersamaan maka disebutlah Isra' Mi'raj.


Dalam perjalanan bertemu Sang Pencipta, selain ditemani malaikat Jibril, Rasullulah mengendarai Buraq, yakni hewan putih panjang, berbadan besar melebihi keledai dan bersayap. Dikisahkan Buraq, sekali melangkah bisa menempuh perjalanan sejauh mata memandang dalam sekejap untuk melewati 7 langit dan bertemu dengan para penghuni di setiap tingkatan.


Dalam hadits tersebut dikisahkan, di langit tingkat pertama, Rasullulah SAW bertemu dengan manusia sekaligus Wali Allah SWT pertama di muka bumi, Nabi Adam A.S. Saat bertemu nabi Adam, Rasullulah sempat bertegur sapa sebelum akhirnya meninggalkan dan melanjutkan perjalanannya. Nabi Adam membalasnya dengan membekali Rasulullah lewat doa agar selalu diberi kebaikan pada setiap urusan yang dihadapinya.


Kemudian di langit kedua, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Nabi Isa A.S dan Nabi Yahya A.S. Seperti halnya di langit pertama, Rasullulah disapa dengan ramah oleh kedua nabi pendahulunya. Sewaktu akan meninggalkan langit kedua, Nabi Isa A.S dan Yahya A.S juga mendoakan kebaikan kepada Rasullulah. Kemudian Rasullulah bersama Malaikat Jibril terbang lagi menuju langit ketiga.


Lalu di langit ketiga, Rasullulah bertemu dengan Nabi Yusuf A.S, manusia tertampan yang pernah diciptakan Allah SWT di bumi. Dalam pertemuannya, Nabi Yusuf A.S memberikan sebagian dari ketampanan wajahnya kepada Nabi Muhammad SAW. Dan juga di akhir pertemuannya, Nabi Yusuf A.S memberikan doa kebaikan kepada nabi terakhir itu.


Setelah berpisah dengan Nabi Yusuf A.S di langit ketiga, Nabi Muhammad melanjutkan perjalanan dan sampailah dia ke langit keempat. Pada tingkatan ini, Rasullulah bertemu Nabi Idris A.S. Yaitu manusia pertama yang mengenal tulisan, dan nabi yang berdakwah kepada bani Qabil dan Memphis di Mesir untuk beriman kepada Allah SWT. Seperti pertemuan dengan nabi-nabi sebelumnya, Nabi Idris A.S memberikan doa kepada Nabi Muhammad SAW supaya diberi kebaikan pada setiap urusan yang dilakukannya.


Selanjutnya di langit kelima, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Nabi Harun. Yaitu nabi yang mendampingi saudaranya, Nabi Musa A.S berdakwah mengajak Raja Firaun yang menyebut dirinya tuhan dan kaum Bani Israil untuk beriman kepada Allah SWT. Harun terkenal sebagai nabi yang memiliki kepandaian berbicara dan meyakinkan orang. Di langit kelima, Nabi Harun mendoakan Nabi Muhammad SAW senantiasa selalu mendapat kebaikan pada setiap perbuatannya.  


Pada langit keenam, Nabi Muhammad SAW dan Malaikat Jibril bertemu dengan Nabi Musa A.S. Yaitu nabi yang memiliki jasa besar dalam membebaskan Bani Israil dari perbudakan dan menuntunnya menuju kebenaran Illahi. Selama bertemu dengan Muhammad SAW, Nabi Musa A.S menyambut layaknya kedua sahabat lama yang tidak pernah bertemu. Sebelum Nabi Muhammad pamit meninggalkan langit keenam, Nabi Musa melepasnya dengan doa kebaikan.


Perjalanan terakhir, Nabi Muhammad SAW ke langit ketujuh bertemu dengan sahabat Allah SWT, bapaknya para nabi, Ibrahim A.S. Sewaktu bertemu, Nabi Ibrahim sedang menyandarkan punggungnya ke Baitul Makmur, yaitu suatu tempat yang disediakan Allah SWT kepada para malaikatnya. Setiap harinya, tidak kurang dari 70 ribu malaikat masuk ke dalam. Kemudian Nabi Ibrahim mengajak Muhammad untuk pergi ke Sidratul Muntaha sebelum bertemu dengan Allah SWT untuk menerima perintah wajib salat. Sidratul Muntaha adalah sebuah pohon besar yang berada di langit ketujuh. Ia adalah pemisah. Disebut muntaha (akhir) karena ia merupakan batas akhir dari sebuah perjalanan. Tidak ada satu makhluk pun yang pernah melewatinya kecuali Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam. Sedangkan Pohon Sidr adalah Pohon Bidara.


Masih dalam hadits yang sama, Rasullulah SAW menceritakan bentuk fisik dari Sidratul Muntaha, yaitu berdaun lebar seperti telinga gajah dan buahnya yang menyerupai tempayan besar. Namun ciri fisik Sidratul Muntaha berubah ketika Allah SWT datang. Bahkan Nabi Muhammad SAW sendiri tidak bisa berkata-kata menggambarkan keindahan pohon Sidratul Muntaha. Pada kepercayaan agama lain, Sidratul Muntaha juga diartikan sebagai pohon kehidupan. Di Sidratul Muntaha inilah Nabi Muhammad berdialog dengan Allah SWT, untuk menerima perintah wajib salat lima waktu dalam sehari.


Perjalanan Rasulullah saat itu tidak lah mudah, meskipun beliau dimuliakan oleh Allah SWT tetap saja Nabi Muhammad SAW dihadapkan dengan berbagai godaan. Godaan pertama, ketika nabi ditawari meminum khamar atau susu, namun Rasulullah lebih memilih susu. Selama perjalanan Nabi Muhammad SAW juga selalu diganggu dengan panggilan dari setan, iblis dan perempuan penggoda.


Ketika mencapai Sidratul Muntaha di langit ketujuh maka perjalanan Nabi Muhammad SAW dalam menerima perintah Allah SWT telah berakhir. Perintah yang diterima Rasulullah saat itu yaitu berupa perintah sholat 50 waktu dalam satu hari. Namun ketika menerimanya, Nabi Muhammad SAW diperingatkan oleh nabi Musa A.S untuk memperhatikan kemampuan umatnya.


Menyadari hal itu membuat Nabi Muhammad SAW meminta keringanan pada Allah SWT sehingga perintah sholat diringankan menjadi lima waktu dalam sehari. Sejak saat itulah umat Muslim harus melakukan shalat wajib lima waktu yaitu :

  1. Subuh
  2. Zuhur
  3. Ashar
  4. Magrib
  5. Isya

Dengan adanya kisah perjalanan ini semoga dapat mempertebal keimanan dengan tidak meninggalkan shalat lima waktu yang disyariatkan.


Peristiwa Isra' Mi'raj juga telah tertuang dalam Al-Qur'an surat Al Isra:

"Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat".

Demikian kisah tentang bagaimana peristiwa Isra' Mi'raj terjadi. Semoga selalu jadi pengingat kita untuk tetap menjalankan perintah Allah SWT. آمِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ

Sumber:

https://sditattaubahbatuajibatam.sch.id/read/49/kisah-isra-miraj-perjalanan-nabi-muhammad-saw-menembus-langit-ke-7#:~:text=Peristiwa%20Isra'%20Mi'raj%20adalah,malam%20pada%20tanggal%2027%20Rajab.


Candi Terbesar di Indonesia adalah Candi Borobudur

 

Jakarta - Di Indonesia, terutama Pulau Jawa, terdapat banyak sekali peninggalan budaya agama Buddha. Salah satu yang terbesar adalah Candi Borobudur.

Candi Borobudur terletak di Magelang, Jawa Tengah. Lokasinya berdekatan dengan dua candi Buddha lainnya, yaitu Candi Pawon dan Candi Mendut.

Pada 1991, Candi Borobudur ditetapkan sebagai warisan budaya dunia (World Cultural Heritage) oleh UNESCO. Demikian candi ini menjadi salah satu peninggalan yang sangat penting yang patut untuk dijaga.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akan tetapi, kapan ya Candi Borobudur didirikan? Dan kira-kira siapa yang membangun candi megah tersebut? Simak sejarah Candi Borobudur singkat pada uraian berikut.

Baca juga:
Sejarah Candi Prambanan, Awal Pembangunan hingga Penamaannya
Sejarah Singkat Candi Borobudur
Dikutip dari buku Candi Indonesia: Seri Jawa oleh Edi Sedyawati, dkk, tidak ada keterangan pasti kapan Candi Borobudur didirikan.

ADVERTISEMENT
Namun para arkeolog menyepakati masa pembangunan Candi Borobudur sekitar tahun 775-832, dilansir website Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Berdasarkan penelitian bentuk huruf Jawa Kuno yang dipakai untuk menulis inskripsi pendek-pendek di atas panil relief Karmawibhangga, Candi Borobudur diperkirakan berdiri sejak abad ke-9.

Menurut J.G. de Casparis, ahli epigraf asal Belanda, Candi Borobudur didirikan oleh seorang raja Dinasti Sailendra atau Syailendra yakni Raja Samaratungga beserta putrinya Pramodhawardhani. Pendapatnya didasarkan pada dua prasasti mereka, yakni Prasasti Karang Tengah dan Prasasti Sri Kahulunan.

Candi Borobudur diketahui merupakan peninggalan sarana ritual agama Buddha, tepatnya perpaduan ajaran Buddha Mahayana dan Tantrayana dengan meditasi filsafat Yogacara.

Ajaran Buddha semacam itu disebut mirip dengan yang berkembang di Bengal, India pada abad ke-8 pada masa pemerintahan raja-raja Pala.

Penemuan Candi Borobudur
Candi Borobudur ditemukan pada 1814. Kala itu, Sir Thomas Stamford Raffles yang menjabat sebagai gubernur jenderal Inggris menerima laporan tentang penemuan candi di Desa Bumisegoro, dekat Magelang. Insinyur Belanda H.C. Cornelius pun diperintahkan untuk menelitinya.

Kemudian, sejumlah orang Belanda mulai tertarik dan meneliti penemuan Candi Borobudur tersebut. Pada 1835, Hartmann menyuruh anak buahnya untuk membersihkan candi. Ia menemukan sebuah arca Buddha yang belum selesai beserta benda-benda lain termasuk sebilah keris.

Pada 1885, J.W. Ijzerman membuka dasar candi dan ia menemukan relief yang kemudian dikenal relief Karmawibhangga dengan jumlah panil sebanyak 160 buah.

Sampai uraian lengkap mengenai Candi Borobudur yang ditulis oleh Th van Erp dan N.J. Krom terbit pada 1927 dan 1931.

Pemugaran Candi Borobudur
Saat ditemukan, keadaan Candi Borobudur sangat memprihatinkan. Oleh sebab itu, van Erp memugar bagian candi yang berbentuk oval di tingkat 7, 8, dan 9 pada 1907. Ia menyusun kembali stupa-stupa dan pemugaran selesai pada 1911.

Kondisi Candi Borobudur kembali rusak karena proses alam. Bagian-bagian lain di candi yang belum sempat tertangani oleh van Erp pun amblas dan dindingnya miring. Melihat itu, UNESCO dan lembaga lain menginisiasi pemugaran.

Pemugaran kali ini dipimpin oleh Prof Dr R Soekmono dan dibantu Ir Rooseno untuk segi konstruksinya. Proyek pemugaran kedua berlangsung antara tahun 1973-1983. Peresmian dilakukan pada 23 Februari 1983 oleh Presiden Soeharto.

Bangunan Candi Borobudur
Candi Borobudur berbentuk bujur sangkar dengan ukuran seluruhnya mencapai 123 x 123 meter. Tingginya sekitar 42 meter yang terhitung sampai bagian atas puncak chattra. Tanpa chattra, tinggi Candi Borobudur diperkirakan 31 meter.

Bangunan Candi Borobudur terdiri dari 10 tingkatan. Enam tingkat di bawah berbentuk bujur sangkar dengan ukuran semakin atas semakin kecil. Tingkat 7-9 berdenah hampir bulat, dan tingkat paling atas berupa stupa besar. Adapun di bagian kakinya dapat ditemukan relief cerita Karmawibhangga.

Secara keseluruhan, Candi Borobudur berbentuk stupa yang memiliki struktur berundak teras. Warisan budaya ini terbuat dari susunan batu andesit yang disambung kuat dengan teknik pasak "ekor burung layang-layang" atau pasak "kupu-kupu".

Menurut W.F. Stutterheim, tingkatan Candi Borobudur dapat dibagi menjadi tiga sebagaimana konsep dhatu, yaitu tahapan yang harus dilalui untuk mencapai ke-Buddha-an.

Ketiga pembagian tingkatan Candi Borobudur, yakni:

1. Kamadhatu

Kamadhatu merupakan bagian tingkat pertama atau kaki Candi Borobudur yang berhiaskan relief Karmawibhangga.

2. Rupadhatu

Rupadhatu adalah bagian tingkat kedua hingga keenam dari candi. Di tingkatan ini dapat ditemui relief Lalitavistara, Jataka, Awadana, Gandavyuha, dan Bhadracari.

3. Arupadhatu

Arupadhatu merupakan bagian tingkat ketujuh hingga kesepuluh dari Candi Borobudur. Relief tidak ditemukan di tingkatan ini, melainkan terdapat banyak stupa yang menggambarkan pencapaian sempurna umat manusia.

Nah, itu tadi sejarah Candi Borobudur singkat. Mari kita jaga dan lestarikan warisan budaya dunia yang ada di negara ini ya.

Baca artikel detikedu, "Sejarah Singkat Candi Borobudur, Warisan Budaya Peninggalan Dinasti Syailendra" selengkapnya https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-7307043/sejarah-singkat-candi-borobudur-warisan-budaya-peninggalan-dinasti-syailendra.

Sumber : https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-7307043/sejarah-singkat-candi-borobudur-warisan-budaya-peninggalan-dinasti-syailendra


Penemu Club Barcelona

 


Penemu Club Barcelona

Dikutip situs resmi FC Barcelona, Gamper adalah seorang penggemar olahraga yang berdedikasi, dan ia memandang olahraga sebagai faktor penting dalam membawa keluar potensi terbaik manusia. Ia bermimpi untuk menciptakan organisasi yang terbuka bagi semua orang, tanpa memandang asal-usul mereka.


Ia ingin menciptakan klub yang menjadi sarana integrasi sosial, di mana setiap orang bisa menyuarakan pendapatnya, dan ia menciptakan masyarakat demokratis yang dikelola secara bebas oleh anggotanya.


Joan Gamper selain menjadi pendiri, juga menjabat sebagai presiden FC Barcelona sebanyak lima kali. Salah satu prestasi utamanya adalah membantu klub ini memiliki stadionnya sendiri.


Untuk menghormati jasanya, pada 1966, Presiden FC Barcelona, Enric Llaudet menciptakan Joan Gamper Trophy. Trofi ini berbentuk cangkir perak seberat 800 gram dengan finishing emas lima mikrometer di atas alas marmer seberat 10 kilogram.


Awal Mula Berdirinya Club Barcelona


Gamper tiba di Barcelona pada 1898 dan segera terlibat dalam permainan sepak bola dengan sekelompok teman di Bonanova. Pada Oktober 1899, Gamper memasang iklan di majalah Los Deportes untuk mencari pemain yang tertarik membentuk tim sepak bola.


Hasilnya, pada 29 November, Gamper dan sebelas pria lainnya (Otto Kunzle dan Walter Wild dari Swiss, John dan William Parsons dari Inggris, Otto Maier dari Jerman, dan Lluís d’Ossó, Bartomeu Terradas, Enric Ducal, Pere Cabot, Carles Pujol, dan Josep Llobet dari Catalonia), berkumpul di Solé Gymnasium untuk membentuk sebuah asosiasi yang akan memakai nama dan lambang kota Barcelona, yaitu Futbol Club Barcelona.


Pada awalnya, FC Barcelona menggunakan lambang yang sama dengan lambang kota Barcelona sebagai bentuk solidaritas dengan kota yang menjadi tuan rumah bagi klub olahraga baru ini.


Namun, pada 1910, klub tersebut memutuskan untuk memiliki lambang sendiri dan mengadakan kompetisi untuk menemukan desain baru, yang hingga kini masih bertahan dengan satu atau dua variasi.


Seragam pertama klub tersebut memiliki desain unik, setengah kaus berwarna biru dan setengah merah anggur, dengan lengan berwarna berlawanan dan celana pendek putih.


Kesulitan mereka dalam menemukan lapangan permanen disebabkan oleh ketidakstabilan ekonomi dan kurangnya ruang terbuka yang luas pada saat kota sedang mengalami ekspansi urban.


Klub ini berpindah-pindah tempat bermain sebelum akhirnya menetap di lapangan Carrer de Muntaner pada 1905. Beberapa lapangan termasuk bekas trek sepeda di Bonanova, Hotel Casanovas, Carretera d’Horta, dan Carrer de Muntaner.


Pada 1900, FC Barcelona memenangkan Copa Macaya, yang merupakan awal dari kejuaraan sepak bola Catalan. Copa Macaya menjadi trofi pertama FC Barcelona, menjadi pendahulu Kejuaraan Sepak Bola Catalonia. Trofi ini, yang dimulai pada 1900, merupakan karya seni modernis yang luar biasa. Sayangnya, Copa Macaya menghilang setahun setelah pembentukannya.


Sumber: 

https://www.tempo.co/sepakbola/124-tahun-fc-barcelona-ini-peran-penting-joan-gamper-114045


Rumah adat Papua




Rumah Honai

Honai merupakan rumah tradisional masyarakat Papua Pegunungan dan Papua Tengah khususnya suku Dani.Rumah honai berbentuk bulat sederhana dengan pintu kecil dan tidak dilengkapi jendela. Ada pula yang berbentuk persegi panjang, rumah jenis ini namanya Ebe'ai (Honai Perempuan). Tinggi rumah sekitar 2,5 meter yang terbagi menjadi dua bagian yaitu lantai bawah dan lantai atas. Lantai bawah biasa digunakan untuk tidur, sedangkan lantai atas digunakan untuk menjalankan aktivitas sehari-hari seperti makan, bersantai dan membuat kerajinan. Pada lantai bawah, dibagian tengah terdapat hipere yaitu tempat api unggun yang dipergunakan untuk memasak atau sekadar menghangatkan tubuh.


Kesederhanaan rumah honai bukanlah tanpa tujuan, struktur rumah yang kecil memberikan efek hangat. Selain itu rumah honai yang sederhana memudahkan pemiliknya untuk berpindah-pindah. Terdapat beberapa jenis rumah honai dalam satu kompleks perumahan yang disebut silimo, yaitu rumah honai atau pilamo (khusus laki-laki), rumah ebai atau ewe ai (khusus perempuan), rumah wamai atau hunila berbentuk persegi panjang (untuk kandang dan dapur).Ketiga nama tersebut berasal dari kata dasar "ai" yang berarti rumah, honai berasal dari gabungan kata "hun/hon" yang berarti laki-laki, ebeai berasal dari kata "ebe" yang berarti perempuan, dan wamai berasal dari kata "wam" yang berarti babi.

Rumah honai suku lain
  • Rumah honai suku Walak disebut Belamu (rumah laki laki), Uma (rumah perempuan dan anak-anak), dan Konela (rumah untuk memasak).
  • Rumah honai suku Lani disebut Kunume (rumah laki-laki), Ndukpaga (rumah perempuan), dan Lakame/Oliana (kandang ternak atau dapur).
  • Rumah honai suku Yali disebut Yowi (rumah laki-laki), Homea/Humi (rumah perempuan), Wam Ibam (kandang babi), dan Usa Yowi (rumah sakral/keramat) untuk upacara inisiasi laki-laki.
Sejarah

Dahulunya suku Dani tidak tinggal di dalam rumah hunian, melainkan berlindung di bawah pohon-pohon besar. Namun, berlindung di pohon besar membuat mereka kedinginan ketika hujan turun belum lagi jika ada angin kencang. Pada suatu hari, suku Dani memperhatikan burung-burung yang membuat sarang. Burung-burung tersebut mengumpulkan ranting kayu dan rerumputan kering dibentuk bulat. Dari pengamatan itulah suku Dani terinspirasi membuat Honai untuk mereka berlindung.


Fungsi dan filosofi

Selain berfungsi sebagai hunian, rumah honai memiliki beberapa fungsi dan filosofi tersendiri. Pertama, rumah honai berfungsi sebagi tempat menyimpan peralatan perang dan peralatan warisan leluhur. Selain itu di rumah honai juga para anak lelaki diajarkan tentang strategi perang. Kedua, rumah honai dijadikan tempat untuk menyimpan umbi-umbian dan hasil ladang. Terdapat pula honai yang didirikan khusus untuk pengasapan mumi, honai tersebut dapat ditemukan di Desa Aikima di Lembah Baliem.

Ada pun filosofi yang terkandung dari rumah honai sebagai berikut:

Pertama mengajarkan nilai persatuaan dan kesatuan yang tinggi antar sesama suku serta mempertahankan warisan budaya yang diwariskan para leluhur.

Kedua, nilai kerja sama dalam mengerjakan pekerjaan yang mengajarkan antar sesama harus sehati, sepikir dan satu tujuan. Hal tersebut tercermin dari awal pendirian rumah honai. Dimana orang yang akan membuat rumah honai akan memanggil keluarga untuk membantu membuat runah honai kemudian makan bersama.

Material

Berikut bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat Honai:

a. Papan cincang, papan cincang merupakan papan yang kedua ujungnya runcing seperti tombak. Ujung runcing ini memudahkan proses pentacapan papan ke dalam tanah. Nantinya papan-papan tersebut menjadi dinding honai.

b. Balok kayu, balok kayu berfungsi menjadi tiang utama penahan atap honai

c. Kayu buah yang digunakan sebagai penutup atap honai

d. Lokap/pinde merupakan sejenis bambu kecil yang dijadikan alas untuk lantai

e. Rumput alang-alang untuk atap honai

f. Tali rotan atau akar pohon yang digunakan sebagai pengikat

Rumah honai pada awalnya tidak menggunakan paku, namun sekarang ada beberapa rumah yang menggunakan pake. Beberapa perubahan pun terjadi pada rumah honai, misalnya sekarang rumah honai menggunakan jendela untuk memperbaiki sirkulasi udara. Lebih jauh ada ada rumah honai yang menggunakan seng untuk atap.

Proses pembuatan

Untuk mendirikan honai, biasanya keluarga pembuat akan mengundang kerabat-kerabatnya untuk membantu mendirikan honai. Selama proses pembuatan, mereka akan melakukan bakar batu, yaitu makan bersama. Ada pun proses pembuatannya sebagai berikut


a. Tahapan pertama yang dilakukan adalah menggali tanah untuk metancapkan tiang utama honai. Tiang ini diletakan tepat di tengah-tengah rumah.

b. Selanjutnya, sebuah batu besar berbentuk datar diletakan di bawah galian. Fungsi batu ini ialah mencegah tiang cepat rapuh karena resapan air.

c. Tahap selanjutnya menggali tanah berbentuk lingkaran mengelilingi tiang. Luas lingkaran disesuaikan dengan kebutuhan.

d. Setelah galian selesai, waktunya memasang papan runcing mengikuti bentuk galian lingkaran. Agar antar papan runcing membentuk dinding yang kokoh, setiap papan perlu ditali rotan.

e. Proses selanjutnya adalah memasang rangka atap honai. Rangka honai dipasangkan dengan cara mengikat kayu buah dengan tiang utama dan juga dinding honai. Kayu buah tersebut disusun melingkar menyerupai payung.

f. Di samping itu alang-alang yang dikumpulkan perlu diikat seperti lidi kemudikan diasapi agar lebih awet.

g. Setelah alang-alang siap, alang-alang diikat ke atap. Setelah bagian ini honai hampir selesai

h. Untuk melengkapi honai, dibuatlah tikar dari anyaman pinde/lokop

i. Terakhir, proses membuat tungku api dan membuat saluran air di sekitar luar honai.

Terhitung setelah didirikan Honai dapat bertahan selama 4-5 tahun

Sumber:

https://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_Honai

Rendang ( Salah satu makanan khas Minangkabau )

 


        Rendang merupakan sajian makanan dari ranah Minang, Sumatera Barat. Menurut sejarah, nama "rendang" berasal dari bahasa Minang, yaitu randang.  Kata randang merujuk pada teknik memasak bernama marandang, yang berarti mengolah dan mengaduk masakan dalam waktu yang lama sehingga hasil masakan menjadi kering. Terciptanya kuliner rendang berasal dari hasil akulturasi budaya yang masuk ke Minang. Salah satu kuliner yang sejenis dengan hidangan rendang yaitu kuliner kari dari India. 

      Mengetahui lebih lanjut mengenai sejarah terciptanya rendang, Kompas.com berkesempatan untuk berbincang dengan ahli antropologi Universitas Andalas Yevita Nurti. Yevi mengatakan, terciptanya masakan di Sumatera Barat khususnya rendang, tidak lepas dari pengaruh budaya masyarakat yang datang berkunjung, salah satunya India. "Minangkabau memang punya banyak pengaruh dari segi bumbu, karena dulu dalam sejarahnya orang India dan pakistan datang ke Minangkabau untuk mencari rempah," kata Yevi saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon pada Rabu (5/1/2022).

       Ia mengatakan bahwa setelah terjadinya proses akulturasi melalui perkawinan, bumbu masak yang ada kemudian mulai menyebar dan dimodifikasi oleh masyarakat Minang, salah satunya untuk hidangan rendang. Sehingga tak jarang ada beberapa masakan yang menggunakan rempah mirip rendang, seperti olahan kari dari India.

        Orang Minang terkenal dengan budaya merantau, yaitu meninggalkan kampung halaman di Sumatera Barat dan berjuang di kampung halaman orang. Sejak dahulu, orang Minang yang merantau akan dibekali dengan rendang karena bisa awet dan tahan lama. "Perjalanan merantau pada saat itu belum menggunakan transportasi seperti saat ini. Jadi, dulu orang minang menumpangi kapal atau bus yang membutuhkan waktu cukup lama untuk sampai ke tanah rantau. Sehingga dibekali rendang agar dapat dijadikan bekal di perjalanan," katanya.

        Tidak hanya itu, alat yang digunakan untuk membuat rendang yakni kuali besi, menandakan bahwa orang Minang sudah bisa pandai besi sejak dulu. Yevi mengatakan, dahulu sebelum adanya kompor seperti sekarang, orang Minang memasak rendang menggunakan tungku. Api tungku cenderung lebih besar, sehingga dapat menyebarkan panas merata melalui kuali besi saat memasak rendang.


Sumber:

Kepanjangan PMR



Sejarah PMR Di Indonesia


PMR adalah kepanjangan dari Palang Merah Remaja. Di Indonesia, Palang Merah Remaja didirikan pada 1 Maret 1950, setelah diadakan Kongres PMI ke-4 pada Januari 1950. Pendiri Palang Merah Remaja Indonesia adalah Siti Dasimah dan Paramita Abdurrahman.

PMR adalah wadah pembinaan dan pengembangan anggota remaja PMI di sekolah atau lembaga pendidikan formal dalam kepalangmerahan melalui kegiatan ekstrakurikuler.[1] PMR terdapat di PMI kota maupun kabupaten di seluruh Indonesia, dengan anggota lebih dari 5 juta orang, anggota PMR merupakan salah satu kekuatan PMI dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan kemanusiaan dibidang kesehatan dan siaga bencana, mempromosikan prinsip-prinsip dasar gerakan palang merah dan bulan sabit merah internasional, serta mengembangkan kapasitas organisasi PMI.


Kebijakan PMI dan federasi tentang pembinaan Remaja bahwa : 


1.Remaja merupakan prioritas pembinaan, baik dalam keanggotaan maupun kegiatan kepalangmerahan.

2.Remaja berperan penting dalam pengembangan kegiatan kepalangmerahan.

3.Remaja berperan penting dalam perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan proses pengambilan keputusan untuk kegiatan PMI.

4.Remaja adalah kader relawan

5.Remaja calon pemimpin PMI pada masa depan.


Palang Merah Remaja atau PMR adalah suatu organisasi binaan dari Palang Merah Indonesia yang berpusat di sekolah-sekolah ataupun kelompok-kelompok masyarakat (sanggar, kelompok belajar, dll.) yang bertujuan membangun dan mengembangkan karakter Kepalangmerahan agar siap menjadi Relawan PMI pada masa depan.


Karakteristik PMR

  • Bersih
  • Sehat
  • Kepemimpinan
  • Peduli
  • Kreatif
  • Kerja sama
  • Bersahabat
  • Ceria
  • Inovatif
  • Agamais dan nasionalis


Sumber:

https://id.wikipedia.org/wiki/Palang_Merah_Remaja

Suku Baduy


 



Suku Baduy adalah masyarakat adat yang hidup di pedalaman Banten, Jawa Barat. Populasi suku Baduy diperkirakan sekitar 26.000 orang, termasuk sekelompok masyarakat yang sangat tertutup dari dunia luar. Masyarakat suku Baduy termasuk dalam sub-suku Sunda, yang belum terpengaruh modernisasi dan masih memiliki tradisi serta adat khas yang hampir sepenuhnya terasing dari dunia luar. Menurut penelitian, agama yang dianut oleh suku Badui adalah Sunda Wiwitan, yang merupakan sinkretisme antara Islam dan Hindu.


Sejarah 

Masyarakat suku Baduy tinggal di sebuah wilayah di kawasan Pegununan Kendeng, di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Jawa Barat. Terdapat beberapa versi terkait asal-usul suku Baduy, tetapi yang paling terkenal adalah mereka merupakan keturunan dari Kerajaan Pajajaran. Pada zaman dulu, warga Kerajaan Pajajaran mengasingkan diri ke wilayah Pegunungan Kendeng di Banten Tengah. Awal mula pengasingan terjadi karena wilayah Banten dikuasai oleh Sunan Gunung Jati, yang datang dengan misi menyebarkan ajaran Islam. Putra Sunan Gunung Jati, Maulana Hasanuddin, kemudian mendirikan Kesultanan Banten pada abad ke-16. Pada 1570, Maulana Hasanuddin digantikan oleh putranya, Maulana Yusuf atau Panembahan Yusuf sebagai raja kedua Kesultanan Banten.

Ketika Panembahan Yusuf dari Banten mengalahkan Kerajaan Pajajaran, tidak seluruh masyarakatnya bersedia memeluk Islam. Mereka yang menolak kemudian menyingkir ke wilayah Banten Selatan dan keturunannya sekarang disebut suku Baduy. Selama berhari-hari menghabiskan waktu di jalan, rombongan ini sampai di hulu Sungai Ciujung di jantung Pegunungan Kendeng (sekarang Panembahan Arca Domas atau Petak 13). Sedangkan menurut pengamat budaya Baduy, orang-orang suku Baduy percaya bahwa nenek moyang mereka sudah ribuan tahun tinggal di wilayah Kaolotan. Ada juga yang percaya mereka adalah keturunan dari Batara Cikal, salah satu dari tujuh dewa atau batara yang diutus ke bumi. Asal-usul ini juga kerap disangkutpautkan dengan kisah Nabi Adam yang dianggap sebagai nenek moyang pertama mereka.


Asal-usul nama

Selain sejarahnya, asal-usul nama Baduy juga memiliki beragam versi. Di kalangan masyarakat Banten, nama Baduy dipercaya berasal dari sebuah sungai di sana yang bernama Cibaduy. Lalu, ada pula yang menyebutkan bahwa kata Baduy berasal dari kata Baduyut, karena tempat tinggal mereka banyak ditumbuhi pohon Baduyut. Namun, yang paling populer adalah para penjajah Belanda yang datang ke Nusantara menganggap orang Baduy mirip dengan orang Badui dari Timur Tengah. Sejak saat itu, mereka kerap disebut sebagai suku Baduy. Sementara orang Baduy menyebut diri mereka sebagai urang Kanekes atau orang Kanekes, sesuai dengan wilayah tempat mereka tinggal.


Adat istiadat orang Baduy

Suku Baduy terbagi menjadi dua bagian, suku Baduy dalam dan suku Baduy luar. Adapun perbedaannya adalah, suku Baduy dalam masih memegang teguh adat dan aturan dengan baik. Sementara suku Baduy luar sudah terpengaruh oleh budaya luar, seperti menggunakan sabun mandi, alat elektronik, dan mengizinkan orang luar menginap. Perbedaan lain juga bisa terlihat dari pakaian mereka. Suku Baduy dalam sehari-hari menggunakan baju berwarna putih yang melambangkan kesucian. Sedangkan pakaian suku Baduy luar adalah serba hitam. Suku Baduy dalam diketahui tinggal di tiga kampung, yaitu Kampung Cikeusik, Cikertawana, dan Cibeo, yang dipimpin oleh ketua adat disebut Pu'un. Suku Baduy luar tinggal di 50 kampung berbeda di kawasan Pegunungan Kendeng. Mereka berbicara menggunakan bahasa Sunda dialek Baduy.


Di samping itu, suku Baduy memiliki aturan yang masih terus dipatuhi sampai saat ini, khususnya oleh suku Baduy dalam, yaitu:

  • Tidak boleh menggunakan kendaraan sebagai transportasi
  • Tidak boleh menggunakan alas kaki
  • Pintu rumah harus menghadap utara atau selatan, kecuali rumah ketua adat 
  • Dilarang menggunakan alat elektronik
  • Harus menggunakan pakaian serba hitam atau putih yang ditenun dan dijahit sendiri
  • Tidak boleh menggunakan pakaian modern


Agama suku Baduy

Agama suku Baduy adalah Sunda Wiwitan, yaitu kepercayaan pemujaan terhadap kekuatan alam dan leluhur yang sudah bersatu dengan alam. Ajaran Sunda Wiwitan terkandung dalam Kitab Sanghyang Siksa Kandang Karesian, yang berasal dari zaman Kerajaan Sunda, berisikan ajaran keagamaan dan tuntunan moral.

Dalam Sunda Wiwitan, ada tiga macam alam yang dipercaya oleh suku Baduy, yaitu:

  • Buana Nyungcung: tempat bersemayamnya Sang Hyang Kersa Buana
  • Panca Tengah: tempat berdiam diri manusia 
  • Buana Larang: neraka


Biasanya, doa yang dilakukan oleh para penganut Sunda Wiwitan adalah lewat nyanyian pantun dan kidung yang disertai gerak tarian. Tradisi mereka dapat dilihat dari upacara syukuran panen padi yang dikenal dengan sebutan Perayaan Seren Taun. Tempat sembahyang umat Sunda Wiwitan adalah pamunjungan atau kabuyutan, yaitu tempat punden berundak yang biasanya terletak di bukit.


Sumber:
https://www.kompas.com/stori/read/2022/06/15/120000379/suku-baduy--sejarah-adat-dan-agama?page=all#:~:text=Sumber:%20Tribunnews.com%2C%20Kompas,sinkretisme%20antara%20Islam%20dan%20Hindu.


© Copyright - Tim IT SMP Negeri 2 Jatisari - Mr. Eka - Powered by Blogger - Designed by Tim IT