- Back to Home »
- Artikel , Informasi , Literasi , Pengetahuan Umum »
- Baju Adat Kalimantan
Posted by : Tim IT SMP Negeri 2 Jatisari
Selasa, 29 Oktober 2024
Mengenal King Baba dan Bibinge
Sejak zaman dulu, Suku Dayak di Kalimantan Barat, telah membangun hubungan yang kuat dengan alam. Sejak itu, Suku Dayak menggunakan kayu untuk berbagai aspek kehidupannya, termasuk pakaian.
Suku Dayak memiliki pakaian adat yang disebut King Baba. Pakaian adat ini berasal dari dua kata, yaitu "king" yang berarti baju (cawat), dan "Baba" memiliki arti laki-laki. Sesuai namanya, pakaian ini diperuntukkan bagi laki-laki. Sementara, pakaian adat untuk perempuan disebut King Bibinge. Apaun kata "King" untuk pakaian adat wanita Suku Dayak ini lebih merujuk kepada rok.
Suku Dayak membuat dan memakai "pakaian kayu" ini selama berabad-abad. Konon, keahlian mengolah kayu menjadi pakaian ini sudah diturunkan secara turun-temurun di Kalimantan Barat.
King Baba dan Bibinge biasanya dibuat dari kulit kayu tumbuhan endemik Kalimantan, yaitu talong dan gantiingan. Kedua jenis kayu ini memiliki banyak serat.
Untuk membuat King Baba, kulit kayu dipukul-pukul menggunakan palu bulat di dalam air sehingga hanya tertinggal seratnya saja. Setelah itu, bahan serat tersebut dijemur, dikeringkan di panas matahari hingga benar-benar kering, dan juga dilukis dengan motif khas Suku Dayak.
Biasanya, bahan serat ini juga diberi pewarna alami yang diambil dari tumbuh-tumbuhan. Sekilas, serat ini tampak seperti bahan kain. Adapun kulit kayu yang sudah selesai diolah ini disebut kapua atau ampuro.
Setelah itu, bahan serat yang sudah kering itu dibentuk sedemikian rupa menjadi pakaian. Untuk laki-laki, bahan serat ini dibentuk menyerupai rompi tanpa lengan, celana setinggi lutut, serta selendang yang dililit di pinggang layaknya ikat pinggang.
King Baba
Sementara, pakaian untuk perempuan lebih tertutup dan sopan. King Bibinge terdiri baju tanpa lengan namun menutupi bagian dada, stagen, serta bagian bawah berupa rok.
Khusus untuk perempuan, pakaian adat ini diberi hiasan manik-manik berwarna jingga dan merah yang sudah disusun dengan rapi dan cantik. Manik-manik ini umumnya terbuat dari bikian kering dan juga kayu.
Dalam pemakaiannya, pakaian adat ini dilengkapi dengan sejumlah aksesoris. King Baba dikenakan bersama dengan ikat kepala yang terbuat dari bulu endemik di Kalimantan, Enggang Gading yang eksotis. Burung Enggang sendiri begitu disakralkan oleh Suku Dayak.
Tak hanya itu saja, ada pula senjata bernama Mandau dan sebuah perisai. Pakaian adat King Baba dikenal juga sebagai baju perang suku Dayak.
King Bibinge
Sama seperti pakaian adat laki-laki, King Bibinge juga dilengkapi dengan ikat kepala yang terbuat dari bulu burung Enggang Gading. Untuk perhiasan, perempuan Suku Dayak memakai gelang (Jarat Tangan) yang terbuat dari akar tanaman.
Kalungnya terbuat dari tulang hewan dan akar tanaman. Perhiasan ini bukan hanya sebagai hiasan belaka, tapi dipercaya berfungsi sebagai penolak bala dan penangkal roh-roh halus.
Sumber: