Posted by : Tim IT SMP Negeri 2 Jatisari Jumat, 25 Oktober 2024



Kebaya Encim

Salah satu pakaian adat Betawi yang paling sering ditampilkan adalah Kebaya Encim untuk wanita. Baik dari gadis remaja, perempuan muda, hingga perempuan setengah baya Betawi menggemari kebaya yang simpel, sederhana, namun tetap bisa menampilkan kesan keanggunan ini.

Pakaian adat Betawi satu ini kerapkali digunakan saat momen-momen Pekan Raya Jakarta, seragam karyawati instansi pemerintah dan swasta, peringatan hari besar, menerima tamu istimewa, pentas seni budaya, dan acara-acara lainnya.

Di masa lalu, saat budaya Eropa masih memiliki pengaruh yang kuat di Batavia atau Jakarta, kebaya ini terbuat dari kain berbahan lace atau brokat buatan Eropa yang dikombinasikan dengan bordiran penduduk lokal. Hasilnya, kebaya tersebut tampak seperti langsung dibordir. Bordiran tersebut biasanya bermotif bunga yang dapat Anda temukan pada bagian bawah kebaya atau pergelangan tangan.

Bordiran yang digunakan dalam Kebaya Encim ini juga beragam, salah satunya bordiran yang berlubang banyak yang disebut kerancang. Jaman dulu, kerancang lembut dan tampilannya halus mendekati sempurna.

Sekarang, pembuatan kerancang banyak yang menggunakan bantuan teknologi komputer. Hasilnya memang lebih cepat dan lebih inovatif namun kerancang tersebut terasa agak kasar, keras, dan kurang sempurna. Jika dibandingkan dengan kerancang yang dibuat dengan tangan, hasilnya sangat jauh.

Bagian leher membentuk huruf V (V-neck). Model asli Kebaya Kerancang meruncing ke bawah di bagian muka bawahnya. Runcingan tersebut berukuran 12 cm sampai 30 cm dari dasar panggul wanita. Model meruncing ini disebut dengan Kebaya Sonday.

Kemudian bawah lengan melebar sehingga tampak agak sedikit besar dibandingkan ukuran lingkaran di pangkal lengan. Model yang disebut Kebaya Model Goeng ini kembali diminati oleh banyak kalangan wanita masa kini. Kebaya Encim mengalami modifikasi dan modernisasi dengan adanya bahan-bahan seperti brokat, silk, organdi, sutra alam, dan lainnya.

Sebagai bawahannya, Kebaya Encim dipadukan dengan kain sarung dengan model yang beragam. Mulai dari model buket, pucuk rebung, kain pagi sore (kain panjang yang disarungkan di pinggang, buket, tumbak, atau belah ketupat. Namun demikian, banyak remaja putri yang memadukan Kebaya Encim dengan celana panjang ataupun rok panjang.

Pada awalnya, tidak terdapat selendang pada setelan Kebaya Encim. Namun seiring berjalannya waktu, penambahan selendang menjadi modifikasi pakaian adat Betawi ini. Hasilnya di luar dugaan, penggunaan selendang ternyata dapat menjadikan wanita yang mengenakannya lebih berwibawa dan lebih resmi.

Pada umumnya, rambut wanita yang mengenakan dihias dengan mengan menggunakan sanggul dengan model yang disesuaikan dengan keinginan pemakainya. Kemudian jika mau, dipasangkan kerudung dengan menampakkan sedikit rambut bagian depan. Namun bagi wanita berhijab, tidak perlu menggunakan sanggul. Jilbab yang telah dikenakan cukup dilapisi kerudung dengan menampakkan jilbab bagian depan dan lehernya.

Untuk menambah kecantikan, para wanita mengenakan perhiasan berupa anting air seketel atau giwang asur, peniti rantai susun tiga, cincin bermata, gelang listering atau gelang ular, dan kalung tebar. Yang terpenting, perpaduan perhiasan dan pakaian serasi. Sehingga terserah mana saja yang ingin dipakai.

Para wanita menggunakan selop tertutup sebagai alas kaki. Paduan Kebaya Encim dari atas hingga bawah bertujuan untuk memelihara kehormatan dan keanggunan perempuan. Filosofi dari pakaian adat Betawi satu ini adalah keindahan, kedewasaan, kecantikan, keceriaan, kearifan, serta taat aturan dan tuntunan leluhur.


Baju Sadaria

Baju Sadaria digunakan oleh para laki-laki Betawi dan seringkali dipasangkan dengan Kebaya Encim. Pakaian ini sering digunakan dalam festival Abang None dan juga Pekan Raya Jakarta. Penampilan pakaian yang sederhana namun bersahaja ini tentu familiar bagi Grameds semua.

Baju Sadaria ini berupa baju taqwa atau baju koko yang berkerah Shanghai (kerah tertutup) setinggi 3-4 cm. Umumnya pakaian ini berwarna putih dan berlengan panjang. Jika dilihat dari sejarah, pakaian ini banyak terinspirasi oleh budaya China yang para lelakinya banyak mengenakan baju koko. Disebut baju koko karena pakaian ini banyak dipakai oleh para koko (kakak laki-laki dalam bahasa Mandarin).

Baju Sadaria terbuat dari kain katun, namun terkadang ada juga yang terbuat dari kain sutra dan sutera alam linen. Baju ini berkancing dari atas sampai bawah serta mempunyai saku di sisi kanan dan kiri bagian bawahnya. Tidak jarang di sisi samping bagian bawah diberi belahan sekitar 15 cm agar pria yang mengenakannya tidak merasa terlalu ketat dan agak bebas.

Terkadang, Baju Sadaria diberi bordiran pada kerah bagian tengah atau sebelah kanan kiri. Bahan yang dipilih dalam membuat bordiran tersebut bisa katun, sutera alam, atau lainnya.

Baju Sadaria dipadankan dengan dua pilihan celana. Yakni, celana bahan yang panjang berwarna gelap atau celana panjang komprang dengan motif batik.

Pemilihan celana akan mempengaruhi alas kaki yang harus dikenakan. Jika celana panjang gelap yang dipilih, maka sepatu pantofel yang pantas dikenakan agar tampak selaras. Jika celana panjang batik dengan model komprang yang digunakan, maka sandal terompah lebih cocok untuk dipilih sebagai alas kaki.

Sebagai pelengkap, para pria Betawi menggunakan kopiah (peci) berwarna hitam polos sebagai penutup kepala. Kemudian terdapat kain sarung yang dilipat (cukin) digantungkan di leher yang biasanya dipegang dengan kedua tangan saat sesi foto. Tujuan pemakaian cukin untuk dijadikan sarung atau sajadah saat melakukan ibadah shalat, senjata atau alat untuk melawan penjahat yang ditemui.

Baju Sadaria ini dipakai oleh karyawan dari instansi pemerintah ataupun swasta pada waktu-waktu tertentu, acara adat, atraksi pariwisata, menyambut tamu istimewa, dan peringatan hari besar. Tidak ada filosofi khusus dari pakaian ini. Hanya saja pakaian ini untuk menunjukkan identitas pemakainya sebagai laki-laki yang rendah hati, dinamis, sopan, dan memiliki wibawa.


Sumber :

{ 1 comments... read them below or add one }

© Copyright - Tim IT SMP Negeri 2 Jatisari - Mr. Eka - Powered by Blogger - Designed by Tim IT